kegiatan belajar selasa malam kelas sastra dan perkabaran hamzah fansuri, Kantin Smea Banda Aceh. ( selasa malam,07 desember 2015) |
SHFNews, Banda
Aceh- Pelajar sastra dan perkabaran
Sekolah Hamzah Fansuri (SHF) kembali belajar di halaman terbuka, proses belajar
megajar yang dibina oleh Thayeb Loh Angen hari ini dihadiri oleh 3 peserta saja
dari 10 pelajar yang mendaftar.
“Kami memilih warung kopi sebagai sarana
belajar, karena selain nyaman warung di sini juga menyediakan falsilitas yang
lengkap, apalagi saat malam hari, tidak ada tempat lain yang lebih cocok untuk
kami gunakan,” ujar Mustakim, ketua kelas Hamzah Fansuri.
Mustakim, ketua kelas SHF, menambahkan, bahwa
komunitasnya memilih Warung kopi untuk mengadakan pertemuan belajar,
dikarenakan warkop menyediakan akses wifi gratis, dan juga mudah diakses
ketimbang harus memilih tempat lain yang harus dibayar mahal.
“Sekolah
hamzah fansuri membuat jadwal pertemuan rutin, dua kali dalam 1 minggu, setiap
pertemuan diadakan di alam terbuka, dalam setiap jam belajar yang berbeda akan
dibahas cara menulis yang benar, straight news, feature, opini dan cerpen,”
kata Teuku Mukhlis, salah satu pelajar SHF.
Masih
menurut Teuku Mukhlis, Pertemuan kelas selasa malam merupakan pertemuan
terakhir kelas sastra sekolah hamzah
fansuri angkatan II, ditutup dengan materi terakhir, yaitu cerpen lanjutan pertemuan pertama yang dibina
oleh cerpenis Aceh, Musmarwan Abdullah,
minggu lalu dan malam rabu ditutup kelas cerpen dan sekolah sastra hamzah
fansuri angkatan II oleh Thayeb Loh Angen selaku motor penggerak Sekolah Hamzah
Fansuri,dan insya ALLah akan diwisudakan
dalam bulan Februari nanti
Ditanya
tentang intruksi larangan nongkrong di warung kopi yang dikeluarkan oleh
walikota Banda Aceh, dalam hal ini Teuku
Mukhlis sebagai salah satu siswa yang belajar malam berpendapat, menurutnya
sungguh sangat disayangkan pandangan walikota terhadap kaum lelaki yang
duduk di warung kopi, dirinya hampir setiap hari nongkrong di warung, selain
belajar, hanya sekedar untuk mencari-cari bahan kuliah.
“kami
di warung kopi bukan hanya mengahbiskan waktu dan bermaslas-malasan, tapih kami
di sini belajar dan diskusi bersama dan
menikmati fasilistas internet untuk menunjang proses belajar kami, jadi tolong Ibu
Illiza mengklarifikasi kembali intruksinya jika melarang kaum lelaki duduk
diwarung kopi. Tolong ibuk sediakan free internet akses sekota Banda Aceh, sebagai
model kota madani tidak ada fasilitas internet yang disediakan untuk publik, sehingga kami memilih warkop sebagai sarana
belajar,” Sahut Teuku Mukhlis saat ditemui dikantin SMEA, Lampineung, Banda
Aceh waktu setempat.
Laporan
: mustakim
Alumni
sekolah sastra hamzah Fansuri