DEKORASI HIASAN LAMPU NATAL DAN
REVITALISASI TAMAN RIYADHAH
(oleh” Mustakim Al Bachtiary)
Taman riyadha atau yang lebih dikenal dengan sebutan taman mini tentunya
sudah tidak asing lagi di telinga masyrakat kota lhokseumawe dan
sekitarnya, sebuah taman yang hijau dan rindang yang terletak persis di
tengah tengah jantung kota lhokseumawe akhir akhir ini sangat menyita
perhatian public pasca di renovasi taman yang dilakukan oleh kontraktor
pelaksana badan lingkungan hidup dan kebersihan Kota Lhokseumawe dengan pagu
anggaran yang sangat signifikan angka yang fantastis dalam pembangunan taman
yang jauh dari harapan masyarakat khlayak umum. proyek senilai Rp 1 miliar yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Kota (APBK) tahun 2014 terus
mengundang polemi pro dan kontra di tengah masyarakat mereka menilai
pembangunan taman ini tidak bisa di fungsikan sebagaimana fungsi sebelumnya
sebagai tempat kunjungan keluarga dan taman bermain anak anak di akhir pekan
kini setelah di renovasi bukanya malah makin bagus sasarana dan prasarana
taman malah lebih mengecewakan dengan kondisi taman yang tidak tepat guna.
Sangat miris lagi yang sangat menyayat hati ialah tujuan hiasan
yang berbentuk pohon natal yang terletak disudut-sudut ruang, mungkin tidak
banyak publik yang menyadari keberadaan pohon Kristal yang bebentuk
serperti pohon cemara yang dihiasi lampu warna-warni dimalam hari ataukah hanya
untuk simbol kesenian menurut versi kontarktor ataupun ada maksud tertentu
dalam mengunakan desain lampu yang indah yang terletak tepat disudut
taman mini kota lhokseumawe. Pohon natal yang dulunya sangat anti ada di
aceh sekarang menjadi sebuah hiasan yang terselubung yang ditempatkan di sudut
ruang taman yang hijau apakah ada manajemen perencanaan pembangunan yang salah
atau memang disengajakan oleh pihak kontraktor yang menang tender
Menurut saya pohon Kristal yang terletak disudut kota taman riyadhah atau tamat
mini itu tidak tepat sasaran dan kurang bagus jika ditempatkan di taman yang
berbasis kota syariat islam ini karena apabila tidak diatasi tentunya kedepan
akan mengundang kesan kesan yang negative dan pandangan yang buruk
terhadap tata ruang keindahan kota karena tidak berkonsep islami’. Dan hiasan
pohon Kristal berbentuk pohon natal itu merupakan simbol sebuah pohon
natal yang di agung-agungkan oleh ummat kristiani dalam menyambut natal, Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai
dari Jerman.
Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi
bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16. Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen
untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika
Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an. Pohon Natal
bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan
simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah
bagi orang lain "evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim
salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara yang selalu hijau
daunnya
Melirik dari sejarah nya apakah cocok dekorasi hiasan berebntuk pohon natal di
pusat kota merupakan suatu keidadan tata ruang kota atau suatu
kesalahan……?
Jawabanya ada pada diri pembaca masing masing
bagaiaman menafsirkan maksud dan tujuan dari hiasan tersebut yang tentunya
penggunaan taman riyadha sebagai sarana taman bermain anak dan edukasi keluarga
tidak tepat sasaran dan tidak bisa difungsikan sebagai taman yang indah yang berbasis
go green yang member ruang kesejukan dalam kota Jika benar jika alasanya
penepatan dekorasi lampu hias yang berbentuk pohon natal itu hanya untuk
menciptakan suatu keidahan kota, kenapa harus dekorasi yang mirip dengan
pohon natal kenapa tidak mencari solusi lain dalam penempatan keindahan kota
dan mungkin konsep islami sungguh sangat bermakna dalam mengarsitekyur tata
keindahan kota lhoksemawe sebagai model kota islami
Konsep kota islami dalam kota
Taman Islam tradisional, juga dikenal sebagai chahar-bagh (dari bahasa
Persia), didasarkan pada sebuah desain yang dibagi menjadi empat bagian oleh
jalan atau sungai dan sering tertutup dalam dinding. Dua elemen tak terpisahkan
dari taman ini adalah air dan bayangan, air sering mengalir di sungai dan air
mancur memberikan kesan terdengar dari “taman yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai”. Desain chahar-bagh dan pembagiannya menjadi empat bagian ini
dimaksudkan untuk menjadi sebuah refleksi dari taman surgawi firdaus di bumi,
serta menjadi simbol universal kosmos yang dipahami oleh seluruh umat manusia
“yang memiliki mata untuk melihat”. Taman juga dapat mengingatkan kita bahwa
untuk berhubungan kembali dengan Tuhan kita perlu berhubungan kembali dengan
alam dan menemukan waktu untuk merenungkan kecantikannya.
Salah satu taman Islam yang paling terkenal adalah di Istana Alhambra di
Spanyol. Ada juga taman makam Kekaisaran Mughal, di antaranya yang paling
terkenal yaitu taman-taman Taj Mahal. Tapi bentuk asli dari chahar – bagh
dikenal tidak hanya di seluruh dunia Muslim melainkan juga di luar itu. Memang,
bentuk dasar taman ini adalah bentuk yang universal — misalnya, taman Kristen
abad pertengahan juga didasarkan pada pola empat lipatan .
Emma sendiri merancang kebun di Inggris dan luar negeri berdasarkan skema
chahar-bagh tradisional. Salah satunya adalah “Carpet Garden” yang
terkenal yang dia rancang ulang untuk The Prince of Wales, dan
dianugerahi medali perak-emas di Chelsea Flower Show pada tahun
2001.
Dapatkah taman mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mengubah
hubungan di antara mereka?
Dapatkah taman-taman itu benar-benar menjadi jembatan antarbudaya?
Emma mengatakan bahwa kecantikan mereka bersifat universal dan akan berbicara
kepada semua orang, tapi tanpa belajar tentang simbolnya, maknanya tidak akan
benar-benar dipahami dan kecantikan mereka tidak benar-benar dihargai. Taman
adalah jembatan antarbudaya, tetapi untuk menyeberangi mereka dan menemukan
pemahaman, seseorang harus menemukan panduan. Membangun jembatan pemahaman dan
membimbing orang-orang untuk memahami Islam — ini adalah benar-benar dakwah
keindahan dan mungkin saja kota lhokseumawe yang kita cibtai ini dibawah
pimpinan tampuk pemerintaha bapak suaidi yahya sangat kita harapkan supaya
kedepanya tidak salah dalam memprogramkan anggaran pembangunan dan dapat
mewujudkan mimpi sebagai model kita ataman yang islami yang tersusun dalam
pembangunan yang islami.
@penulis : Mustakim Al bakhtiary
Alumnus Sekolah Hamzah Fansuri ( ASHaF )