Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh, bekerja sama dengan Pusat Penyelidikan Arkeologi
Global Universitas Sain Malaysia Pulau Pinang serta Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Aceh, membuat satu seminar.
Direktur Pusat
Penyelidikan Arkeologi Global USM Pulau Pinang, Prof Datok Dr Mochtar
Saidin dalam kesempatan itu menyarankan hasil penyelidikan bersama tim
Arkeologi Universitas Syiah Kuala dan relawan dari MAPESA "MASYARAKAT PEDULI SEJARAH ACEH", supaya dilaporkan kepada Pemerintah RI dan Pemerintah Aceh agar dilakukan pembebasan lahan.
Langkah selanjutnya disiapkan sebuah Pusat Riset Sejarah Islam Asia
Tenggara dan sarana pendidikan sejarah Islam bagi generasi akan datang.
Menurutnya ada tiga sentra situs besar berdiri di Desa Lamreh kelak
mampu dipersatukan menjadi sebuah pusat kajian arkeologi nusantara
terpenting di Aceh. Yakni situs Kerajaan Lamuri, situs Benteng Pasukan
Armada Laut Perempuan Aceh ketika mengusir Portugis pada abad ke 15,
Benteng Inong Balee dan situs Makam Laksamana Laut Keumala Hayati.
Didampingi Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Unsyiah, Dr
Husaini Ibrahim, Datok Mochtar, merasa optimis bahwa hasil temuan tim
arkeologi yang dipimpinnya akan menjadi salah satu sumbangan besar bagi
sejarah kebudayaan islam nusantara di Asia Tenggara. Maka kelak ia
menyarankan supaya perlu diselenggarakan seminar tingkat internasional,
terutama dari negara asean dan rumpun Melayu, agar lebih jelas
diketahui oleh masyarakat luas, terutama generasi muda dan para
akademisi untuk dikembangkan ke arah penyelidikan selanjutnya.
Hasil temuan situs batu nisan di desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya itu,
tidak kurang dari 11 Raja (Malik) pernah memerintah Kerajaan Lamuri dari
abad ke 10 hingga abad ke-13, sebelum diperangi oleh Kerajaan Mojopahit
dan Sri Wijaya.
Dalam catatan perjalanan Laksamana Cheng Hoo
(1371 – 1433), Kerajaan Lamuri dalam abad ke 11 hingga abad ke 13 M
sudah ramai didatangi pedagang dari negeri luar, terutama bangsa Tamil
India, Siam dan Arab. Karena di Lamuri waktu itu merupakan salah satu
pusat niaga rempah-rempah dan emas dari kepulauan nusantara zaman pra
Islam.
“Situs benteng Indra Patra berupa bekas candi Hindu Budha
kuno zaman pra Islam di Aceh yang lokasinya sekitar 800 meter dari desa
Lamreh. Satu bukti umat Hindu pernah menetap dan Berjaya di Aceh,”
tambah Guru Besar Arkeologi USM Pulau Pinang itu.
Sementara itu
menyemarakkan seminar, pihak Panitia menyelenggarakan pameran History
Expo yang menampilkan sejumlah stand UKM, berbagai hasil temuan
askavasi arkeologi di lokasi bekas Kerajaan Lamuri, pemutaran video
penyelamatan bawah air, menggali situs di teluk Lamreh dan cendramata
Bukit Lamreh.
sumber : http://waspada.co.id/aceh/kerajaan-islam-pertama-di-asia-tenggara-ada-di-aceh-besar/
Save Lamuri Heritage foto : mapesa |